Atap Rumah Mbaru Niang Terbuat Dari

Atap Rumah Mbaru Niang Terbuat Dari

Atap Rumah Mbaru Niang Terbuat Dari – Daerah Wae Rebo berada pada ketinggian lebih kurang 1.120 mtr. di permukaan laut dan disekelilingi oleh gunung, rimba lebat, serta jauah dari perkampungan yang lain.

Rumah kebiasaan Mbarung Niang berwujud kerucut dan punya lima lantai dengan tinggi kira-kira 15 mtr..

Diambil dari buku Mbaru Gendang, Rumah Kebiasaan Manggarai, Flores: Keberadaan, Peristiwa, dan Alih bentuknya (2020) kreasi Yohanes serta Fransiska Widyawati, Mbarung Gendang dimaksud pun Mbaru Niang.

Secara etimologis kata niang berati rumah yang atapnya bersifat kerucut serta miliki kolong.

Atap rumah Mbaru Niang tinggi dan menyondong jauh ke bawah, maka dari itu juga sekaligus memiliki fungsi selaku dinding rumah.

Rumah Mbaru Niang ditunjang oleh satu tiang inti yang disebutkan siri bongkok. Rumah bentuk itu dipandang sebagai wujud rumah yang udah lama dan asli di Manggarai.

Pada awalannya ada dua tipe Mbaru Niang. Ada niang gendang (tempat ditaruhnya gendang) dan niang bendar.

Pada niang gendang mempunyai rangga kaba kaki (sundul kerbau jantan) atau mangka (gasing) yang dibuat dengan wujud muka manusia di pucuk rumah.

Kayu penyangga khusus atau siri bongkok mbaru niang gendang diambil dari rimba lewat cara arak-arakan yang dikenali dengan acara osong (nyanyian pembuka mantera) atau roko moloas poco.

Hal tersebut berlainan dengan siri bongkok di niang bendar yang diambil dari rimba tanpa ada dibarengi dengan arak-arakan dalam acara osong atau roko molas poco.

Buat orang Wae Rebo, mbaru niang sebagai lambang perlindungan, persatuan masyarakat, serta jadi pusat aktivitas sosial warga, terlebih yang terkait dengan permasalahan kebiasaan.

Disamping itu, mbaru niang dipandang seperti lambang seseorang ibu yang selalu memayungi dan buat perlindungan.

Rumah kebiasaan Mbaru Niang penuh dengan lambang, seperti persambungan di konstruksi bangunan menyimbolkan perkawinan suami serta istri yang membuat keluarga.

Dilansir dari buku 70 Rutinitas Antik Suku Bangsa di Indonesia (2019) kreasi Fitri Haryani NasuXon, rumah Mbaru Niang mempunyai design antik dan tersendiri di pegunungan hanya karena berada pada Daerah Rutinitas Wae Rebo.

Bahkan juga rumah kebiasaan itu mendapati penghargaan teringgi buat kelompok pelestarian peninggalan budaya UNESCO Asia-Pasific pada 2012.

Rumah etika Mbaru Niang berupa kerucut dan atapnya dibikin dari daun lontar menyentuh nyaris tanah. Keseluruhnya rumah itu tertutupi memanfaatkan ijuk.

Antiknya pembikinan rumah etika itu dibikin tanpa ada memanfaatkan paku, namun pakai tali rotan.

Tiap rumah Mbarung Niang ditinggali oleh enam sampai delapan keluarga.

Rumah etika Mbaru Niang punyai lima lantai serta masing-masing lantai miliki kegunaan yang lain.

Berikut manfaat kelas rumah Mbarung Niang:

Pada ruangan kelas pertama dipakai selaku rumah serta buat bergabung dengan keluarga. Jenjang pertama itu biasa disebutkan lutur (sisi depan yang memiliki fungsi selaku ruang umum).

Di tingkat pertama dengan diameter 11 mtr..

Area jenjang ke-2 sebagai loteng yang memiliki fungsi untuk simpan bahan makanan dan barang kepentingan tiap hari. Tingkat ke-2 itu kebanyakan disebutkan lobo. Berdiameter sekitaran 9 mtr..

Di lobo ini ada tiang yang digantung dan berupa bundar sebesar kepala manusia hingga kerap dipandang sebagai penandaan kelahiran bayi.

Jenjang ke-3 biasa dipakai buat menaruh benih-benih tanaman pangan, seperti padi, jagung, serta kacang-kacangan.

Tingkat ke-3 dikatakan lentar memiliki diameter kurang lebih 9 mtr..

Kelas ke-4 bermanfaat untk menaruh persediaan makanan kalau satu saat berlangsung kekeringan gara-gara musim kemarau atau tidak sukses panen. Jenjang empat dikatakan lempa rae

Pada ruangan di jenjang ke-5 adalah tempat untuk lakukan sesajian ialah persembahan buat nenek moyang. Jenjang ke-5 dikatakan pun hekang code.

Diambil dari situs Kementerian Pengajaran serta Kebudayaan (Kemdikbud), rumah Mbaru niang ditahan oleh beberapa tiang penyangga rumah yang terdiri dari 2 macam, ialah hiri ngaung dan hiri mehe (tiang pokok).

Kreasi Yori Antara ini di inspirasi oleh rumah tradisi masyarakat kampung tersendiri Wae Rebo, Flores, yang dimaksud Mbaru Niang. Rumah asuh ini dipilih selaku salah satunya calon juara penghargaan berkelas dunia, Aga Khan Award 2013Kedua tiang itu mempunyai guna berlainan, yakni hiri ngaung berperan buat memikul beban lantai dasar, sedang hiri mehe berperan sebagai tiang pokok penyangga beban bangunan.

Seluruhnya tiang penyangga ditancapkan ke tanah dan di lapis ijuk dan plastik supaya tak cepat lapuk.

Ketidakcocokan di antara ke-2 nya yakni hiri ngaung ditancapkan dengan kedalaman sekurang-kurangnya 80 cm serta di sisi bawahnya dikasih umpak batu, sementara itu hiri mehe kedalamannya sedikitnya 100 cm.

Pada suatu mbaru niang, hiri mehe umumnya sejumlah sembilan, dan hiri ngaung sejumlah lebih kurang 42.

Oleh orang seputar, sembilan hiri mehe menyimbolkan jumlah bulan saat seorang ibu memiliki kandungan.

Tiap-tiap mbaru niang punya tinggi kolong (ngaung) sekitaran 1 m serta umumnya dipakai buat menenun, letakkan kayu atau barang yang lain, dan memiara ternak.

Kehadiran rumah Mbaru Niang di Wae Rebo tetap sama sejak mulai Daerah Wae Rebo dibangun.

Tujuh mbaru niang itu terdiri dari 1 mbaru gendang (rumah yang difungsikan buat simpan gendang dan pusaka punya Daerah Wae Rebo) dan enam niang gena (rumah biasa selaku rumah).

Enam niang gena itu dinamakan Niang Gena Maro, Niang Gena Jintam, Niang Gena Pirung, Niang Gena Ndorom, Niang Gena Jekong, dan Niang Gena Mandok.

Ke-7 Mbaru Niang itu dibikin menghadap selatan dan membuat skema 1/2 lingkaran.

Skema itu bermakna yang dalam, ialah jaga supaya di antara rumah satu sama rumah lainnya tidak ada yang sama sama membelakangi.

 

Informasi lainnya dari “Atap Rumah Mbaru Niang Terbuat Dari” bisa anda temukan dengan Kunjungi Kami Disini

Tinggalkan Balasan